Suka nonton Teletubbies?
Film rekaan Anne Woods and Andrew Davenport ini pertama kali muncul di Inggris
sejak tahun 1995 dan diputar hampir saban pagi di Indosiar. Television in the
tummy of the babies itulah Teletubbies artinya televisi di perut para bocah,
adalah film seri nyritain empat tokoh boneka gendut (tubby) bernama Tinky-Winky
(berwarna ungu), Dipsy (hijau), Laa-Laa (kuning), dan Po (merah)
Antena jadi aksesoris
wajib bagi 4 sekawan itu, yang menandakan televisi emang udah jadi bagian yang
nggak bisa dipisahkan dari anak-anak. Rumahnya berupa lapangan golf yang hijau
dan sejuk, disebut Teletubbyland. Ada kincir angin, televisi, kelinci, pancuran
air, yang selalu disinari matahari berwajah bayi imut-imut. Lho…Mas, Trus, apa
hubungannya Teletubbies dengan bahasan kita kali ini? Kayaknya nggak nyambung
deh!! Eh, siapa bilang nggak nyambung. Makanya to... Duduk manies, diam dan
baca, baru komentar.
Di Barat, Teletubbies
emang sempet jadi berita heboh. Berawal dari pendapat Jerry Falwell dalam
sebuah tulisan di National Liberty Journal (Februari 1999) yang katanya, Teletubbies
bawa misi homoseksualitas lewat tokoh Tinky-Winky. Alasannya? "Tinky-Winky
berwarna ungu, warna kebanggaan kaum gay dan mempunyai antena segitiga terbalik
di kepalanya simbol kebanggaan gay," begitu kata Falwell.
Pendapat Falwell tadi,
nggak salah bila kita cermat ngeliat adegan film Teletubbies. Tingkah laku si
Ungu emang kayak seorang gay. Dia suka bunga, bawa dompet warna merah, gerak
tariannya dan nada nyanyiannya. Sebuah kebiasaan orang perempuan, Tinky-Winky
juga tak segan-segan berebut rok dengan Po. Padahal keterangan resmi yang
dikeluarkan sebuah produsen acara teve anak-anak PBS kids, jenis kelamin Tinky
Winky adalah male alias cowok.
Majalah Time edisi 12
Oktober 1998 menulis hal serupa, bahwa Tinky-Winky yang bawa tas/dompet merah
adalah identitas kaum gay di Inggris. Identitas tokoh-tokoh Teletubbies emang
nggak gitu jelas. Perbedaan jenis kelamin, hanya digambarin secara samar lewat
suara dan warna: ungu dan hijau muda untuk laki-laki, merah dan kuning untuk
perempuan.
Di situs Edutainment,
Berit Kjos berkoar, "secara tidak disadari, anak-anak dibentuk oleh
Teletubbies untuk bisa menerima kelainan-kelainan perilaku seksual seperti
biseksual, homoseksual, dan lesbian sebagai sesuatu yang wajar. Juga, anak-anak
dibentuk untuk menjadikan televisi sebagai dunia mereka".
Adegan 'berpelukan' yang
pasti dijumpai di akhir acara, sangat didasari kebudayaan Barat. Coba, bayangin
kalo kamu yang udah gede-gede trus nglakuin adegan mirip teletubies itu, khan
berabe, bisa bikin geger orang kampung, dipikir rebutan kue Tubbie, ya nggak
Men (hem..hem).
Tapi anehnya, Men, meski
penuh kontroversi, toh, Teletubbies terus melaju tinggi. Konon, kocek 80-an
juta poundsterling udah di kantong Ragdoll Productions dan BBC Worldwide, sang
produser. Bayangin aja uang segitu, kalo buat beli es godir, tentu seluruh
Indonesia bisa kebanjiran es godir… hee..heee. Ugh…ugh…Sory, keseleg godir!!!
Nah, kita mau lagi
ngoreksi budaya gaul remaja yang makin lama makin edan itu. Apaan tuh?
Berpelukan kayak teletubies itu?.. Atau?…. Heeh, dimana aja loe, dari tadi?
Kita khan lagi ngebahas budaya gay atau homo. Wah…. ada yang nggak pake baygon
semalam....(hiiii)
Sobat, para selebriti
Hollywood, sebut saja Michael Jackson, George Michael, Elthon John, Mickey
Rourke, Bob Geldof, Nono Extreme, Prince, David Bowie dan Kenny G (yang konon
sempat 'bergulat' dengan Michael Bolton) adalah sederetan orang bejat yang udah
pernah mempraktekan budaya itu. Nah, kalo para selebritisnya udah kayak gitu,
tentu para pengikut dan pengagum setianya, bakalan nggak akan luput dari
ngikutin trend gaya para bintang pujaannya. Nggak peduli itu dilarang agama,
yang penting menurutnya bisa gaul dan ngetrend. Agama? Emm..udah lupa tuh!
Eleh-eleh…pikun atuh, Neng!
Tapi, mari kita simak
pendapat arek-arek Surabaya, tentang budaya kaum gay. Harianto (19) siswa SMK
Negeri 2 Surabaya berpendapat bahwa penyebab kelainan manusia-manusia tersebut,
selain dari pergaulan yang nggak terjaga, pemahaman Islam yang minim, tidak
adanya tanggung jawab dari ortu, juga mungkin karena memang orang itu punya
kelainan jiwa. Disamping itu makin maraknya gay ataupun lesbi nggak lepas dari
tanggung jawab negara, yang seharusnya melarang segala macam hal yang punya
kecenderungan merusak generasi muda seperti media-media pornografi (Lha
ngono..kudu teges rek!!). Trus..sobatnya Harianto, Irawan (19) berujar,
"Kalo' para gay itu ngomong, bahwa jadi gay itu hak asasinya, seharusnya
dia berpikir hak itu khan didapat setelah melakukan kewajiban, tentunya hak
yang benar. Belum menjalankan kewajiban (sebagai muslim) udah nuntut hak…hak
yang salah lagi!!"(sabar mas Ir…jangan marah ama Islamuda donk).
Hal yang senada juga
diungkapkan oleh Nita (19) yang berpendapat, "Bila ada gay yang mengatakan
selama dia nggak ngganggu orang lain bukan suatu masalah, adalah kesalahan
besar. Itu khan anggapan dia saja, meskipun nggak ngganggu orang lain, tapi
perbuatannya itu udah melanggar aturan agama." Ujar dara asal SMU Trisila
ini. Nggak jauh beda dengan Fajrul (17) yang sekarang menjabat sebagai ketua
IRM I Surabaya, "Dalam segala permasalahan kita harus kembali pada Islam
dan Rasulullah sebagai tauladan, bahwa penyaluran fitrah setiap muslim wajib
sesuai dengan aturan Islam, entah itu namanya kebebasan, hak asasi, kalo' Islam
mengatakan tidak, ya harus tidak!!"
Bersamaan dengan itu
Fahad (18) koordinator PKSDM IRM I juga mengungkapkan apa yang harus ditempuh
oleh tiap muslim-muslimah "Tiap muslim seharusnya sadar, sholat yng dia
jalankan bukan hanya sekedar sholat, tapi juga harus dipraktekkan dalam kehidupan,
selain itu setiap muslim harus menimba ilmu Islam lewat mengkaji Islam."
(OK, setelah ini mas-mas sama mbak-mbak ngaji ya?).
Gay, Menular lho!
Ih, ngeri amat! Kok bisa,
sih? Bisa dong, namanya juga 'penyakit' berbahaya. Seperti halnya kebaikan yang
bisa nyebar, maka kemaksiatan pun bisa nular. Bahkan pada faktanya saat ini
justru kemaksiatan yang cepat berkembang ketimbang kebaikan.
Orang yang bergaul secara
abnormal ini akan mengulanginya terus dan terus. Gawat deh kalo udah 'nyandu'
begitu. Nggak peduli lagi, apakah itu membahayakan atau tidak, yang penting
hepi. Percaya nggak, bahwa sebagian besar orang yang homo atau lesbian karena
dulunya pernah digauli oleh orang yang homo atau lesbian pula? Nggak percaya!
Pokoknya harus percaya…awas kalo' nggak!!(Koq maksa sih..!!) Nggak….cuman
ngancam koq.
Soalnya, ada bukti yang
bisa dibilang sangat mewakili untuk dijadikan alasan. Sebut saja Andi (bukan
nama sebenarnya) yang mengungkapkan masa lalunya kepada majalah
Jakarta-Jakarta, edisi Agustus 1996. Andi menuturkan bahwa suatu ketika ia
pernah diajak kencan oleh seorang sopir yang bekerja pada teman bapaknya.
Perkenalan itu dimulai ketika Andi main ke tempat teman bapaknya itu. Disitulah
sang sopir yang berbadan kekar dan terkesan jantan alias macho memperkenalkan
'sentuhan' awal dari teknik-teknik bersodomi. Celakanya, setelah kejadian itu
Andi malah jadi nyandu bahkan doyan melakukan cara gaul yang abnormal itu.
Naudzu billahi min dzalik!
Bukti lain bahwa
'penyakit' ini bisa menular adalah pada jaman Nabi Luth. Orang-orang yang
melakukan kemaksiatan itu awalnya bisa dihitung dengan jari, tapi kemudian
secepat kilat membengkak menjadi satu kampung, kampung Sodom sebuah daerah di
Yordania. Well, jelas ini memang menular. Maka perlu ada tindakan khusus supaya
tidak menjalar kemana-mana.
Kamu mungkin heran, kalo
nyatanya orang-orang homo itu justru sebagian besar berpenampilan macho. Mantan
chopet? Bukan dong, brur. Ya, jantanlah, gagah perkasa. Hal ini dikuatkan pula
oleh dokter Boyke Dian Nugraha yang emang pakar dibidang seks ini. Menurutnya,
85 persen kaum homo itu berbadan kekar dan memang penampilannya macho. Tidak
kemayu atau gagah gemulai. Cuma sayang, 'pejantan' ini beraninya cuma lewat
'belakang'! (Kucing di dapur kali…!!!).
Hati-hati, jangan sampai
kamu ketularan dengan penyakit dan budaya bejat seperti ini. Seperti kata
pepatah, kalau takut dilebur ombak, jangan berumah di tepi pantai. Kalau takut
kesenggol dan nyemplung menjalani kehidupan seks yang abnormal seperti itu,
maka kamu nggak boleh dekat-dekat dengan para penyebar budaya kaum Sodom itu.
Berrrr…bahayya!
Tapi sayang seribu
sayang, masyarakat sekarang udah begitu cuek. Bahkan nggak mau ambil pusing
dengan persoalan yang sebetulnya sangat serius ini. Malahan secara nggak
langsung membiarkan praktek maksiat itu tetap ada, padahal sabda Rasulullah
selemah-lemahnya iman adalah benci di dalam hati, sedangkan masyarakat tetep
aja dengan sikapnya yang tak peduli itu. Lebih parah lagi, saat ini kaum gay
dan lesbi ini mulai banyak tingkah, minta aktivitas dan keberadaan mereka itu
diakui di masyarakat. Sekali lagi, bila ini dibiarkan, maka alamat kehancuran
sebuah bangsa pun tak mustahil terjadi.
Tumbuh Subur Dalam
Kapitalisme
Parahnya, dalam kehidupan
yang diatur dengan sistem kapitalisme ini populasi kaum homo dan lesbian malah
tumbuh subur. Jangan kaget, di negeri yang konon katanya menjunjung tinggi
budaya timur ini malah kebobolan juga. Di sini malah udah terbit majalah khusus
kaum homo, namanya GAN alias Gaya Nusantara. Lucunya, sebagai 'koordinator'
sekaligus 'maskot' kaum homo (gay) di negerinya penggemar Teletubies ini adalah
Dede Utomo-doktor linguistik jebolan Cornell University yang kini menjadi dosen
pascasarjana di Unair, Surabaya. Malah beliau ini termasuk anggota International
Gay and Lesbian Human Right Commission pada ILGA (International Lesbian and Gay
Association) (Permata, No. 12/IV/Desember 1996).
Adalah karena sistem
kehidupan yang dipakai untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara
malah memberikan kebebasan untuk berbuat seperti itu. Disinilah letak rusaknya
sistem kapitalisme yang memang berakidah sekuler ini. Lingkungan dalam sistem
kehidupan seperti inilah yang turut membidani lahirnya budaya kaum homo dan
lesbi sekaligus melestarikannya.
Yap, emang kebebasan
menjadi usungan wajib bagi remaja kita sekarang ini, kayaknya udah jadi suatu
hal yang maklum, malah kalo ada remaja yang nggak ngusung kebebasan, bisa
dikatain kuper bin norak. Itulah sobat, corak masyarakat yang diatur dengan
aturan sekular, dimana agama hanya boleh ngatur masalah sholat, puasa, haji.
Soal kemasyarakatan, diserahkan sepenuhnya pada kehendak manusia. Kalo
masyarakat rela, kaum homo atau lesbi dibiarin aja, jadilah hukum. Padahal
kita, khan ngerti berapa jumlah penduduk kita yang muslim? Berapa hayoo..
Nah, sebagai seorang
muslim, tentu saja segala tolok ukur perbuatan kita harus senantiasa berlandas
dan berdasar ajaran Islam. Kita nggak boleh asal berbuat tanpa ada dasar yang
jelas dan pasti. Itu bisa membahayakan diri kita dan juga orang lain. Apalagi
pake’ ngajak temen lagi, dan gilenya yang diajak untuk ke jalan sesat, mau aja,
wah ini khan udah parah, Friend!!
Melihat faktanya,
ternyata orang yang menjadi gay atau lesbi, bukan karena faktor genetis alias
keturunan. Prof. Dr. Dadang Hawari, guru besar FKUI berkomentar, "Sampai
sekarang belum ada yang menyatakan karena faktor genetis, yang sudah jelas
adalah faktor lingkungan." (Permata, No. 12/IV/Desember 1996).
Gimana Islam Memandang ?!
Allah SWT telah
menciptakan manusia itu dari dua jenis, yakni jenis laki-laki dan jenis wanita
(liat QS an-Nuur 1). Nggak ada jenis ketiga, baik banci maupun beny (bentjong
masa kiny). Kamu juga perlu tahu bahwa dalam proses penciptaan itu manusia
dilengkapi juga dengan potensi-potensi kehidupan, yang salah satunya adalah
nafsu birahi (gharizatul na’u). Yang lelaki senang kepada perempuan, begitupun
sebaliknya. Jadi, kalau ada orang yang sama sekali nggak punya nafsu birahi,
berarti masih diragukan keasliannya sebagai manusia (hi..hi..!).
Nah, potensi yang
dimiliki oleh manusia itu sifatnya mutlak alias nggak bisa diubah lagi, karena
itu adalah sunatullah. Ustadz Muhammad Muhammad Ismail dalam kitab Al Fikru Al
Islamiy menyatakan bahwa dorongan seksual pada seseorang merupakan tanggapan
dari faktor eksternal bila indera menangkap rangsangan berupa gambar, cerita
porno dan penampilan yang menyentuh syaraf seks. Makanya, bila nggak disalurkan
bisa mengakibatkan kegelisahan jiwa. Jadi berdasarkan sunatullah ini, otomatis
manusia yang berlainan jenis kemudian hidup sebagai makhluk heteroseksual,
yakni saling tertarik sama lawan jenis, sehingga bila ada orang yang cuma bisa
nempel dengan sesama jenis, jelas ini adalah kelainan yang sangat berbahaya.
Bila dibiarkan hidup dan berkembang, alamat murka Allah tak mustahil terjadi
seperti apa yang pernah dialami kaum Nabi Luth. Naudzu billahi min dzalik!
Apa bentuk hukuman yang
bakal dikenakan kepada kaum homo dan lesbian ini? Terdapat beberapa pendapat
ahli fiqih tentang sanksi (ganjaran) yang harus diberikan kepada pelaku
homoseksual ini. Salah satu di antaranya dikemukakan oleh Zainuddin bin Abdul
'Aziz Al Malibaary dalam Irsyaadu Al 'ibaadi ilaa Sabili Al Risyaad, yang
mengatakan: Maka ada sekelompok fuqaha (ahli fiqih) yang menetapkan bahwa
pelakunya wajib dihukum sebagaimana menjatuhkan hukuman perzinaan. Kalau
pelakunya adalah orang yang pernah nikah, maka wajib dirajam. Kalau pelakunya
masih lajang, Wajib didera alias dicambuk sebanyak seratus kali.
Dan pendapat ini pula
yang menetapkan bahwa laki-laki yang digauli oleh homoseksual, diberikan sanksi
dera 100 kali atau diasingkan selama setahun; baik laki-laki maupun perempuan,
yang pernah kawin maupun yang belum pernah. Ada juga segolongan fuqaha yang
berpendapat bahwa pelaku homoseksual itu harus dirajam, meskipun ia belum
pernah kawin. Ini termasuk pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hambal,
Pendapat lain, yakni Imam Syafi'i menetapkan pelaku dan orang-orang yang
'dikumpuli' (oleh homoseksual dan lesbian) wajib dihukum mati, sebagaimana
keterangan dalam hadits, "Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang
melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktek homoseksual dan lesbian), maka ia
harus menghukum mati; baik yang melakukannya maupun yang dikumpulinya."
(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Baihaqi). (lbr/dy)
Wallahu a'lam bishowab



1 comments:
Benar. Saya sependapat dengan pemaparan Anda.
Di satu sisi ada fakta yang mengerikan tentang penularan perilaku homoseksual, untuk itu mohon ijin sharing tulisanku di sini, semoga menjadi pembelajaran bersama:
http://iwanyuliyanto.wordpress.com/2013/12/06/kasus-sodomi-anak-dan-perilaku-homoseksual-anak/
Post a Comment