KARAKTERISTIK PENDIDIK MUSLIM - Uki Media Network
Headlines News :
'

Home » , » KARAKTERISTIK PENDIDIK MUSLIM

KARAKTERISTIK PENDIDIK MUSLIM

Written By Unknown on Tuesday, November 27, 2012 | 5:00 AM

Sebuah kata hikmah mengatakan:
" If you don't learning you don't change. If you don't change you die"
(Jika anda tidak melakukan pembelajaran maka anda tidak akan berubah, jika tidak berubah, maka anda mati ).
Tawuran antar pelajar acap kali sering terjadi. Bahkan pada tahun ajaran baru 2001yang baru berjalan tiga minggu, sebagian pelajar sudah terlibat tawuran. Banyak orang tua siswa yang mencemaskan kondisi yang memprihatinkan itu. Masyarakat, pada hakekatnya berharap melalui pendidikan dan proses pembelajaran, putra - putri mereka menjadi generasi yang terdidik, bermoral berbudi pekerti yang santun, berilmu, arif dan dewasa secara intelektual. Sebuah kata hikmah mengatakan " If you don't learning you don't change. If you don't change you die" (Jika anda tidak melakukan pembelajaran maka anda tidak akan berubah, jika tidak berubah, maka anda mati ).
Tujuan pembelajaran dan pendidikan adalah untuk merubah pemahaman. Persepsi aqidah, akhlak, prilaku dan suluk dari yang salah dan buruk menjadi benar, lurus dan baik. Sungguh sangat kecewa pada orang tua atau masyarakat jika para pelajar dan mahasiswa tidak mencerminkan cita-cita dan harapan ideal. Sebuah ungkapan jengkel dari fenomena kondisi buruk pelajar. "Mereka di didik bukan menjadi ber"iman" malah jadi "preman". Wal'iya dhu billah "Semoga Allah melindungi kita".
Kondisi pendidikan seperti itu mengundang keperhatinan kita semua. Kenapa bisa terjadi ? apa yang kurang atau apa yang salah dalam pendidikan kita. Apakah kurikulumnya yang belum pas, guru atau lingkungannya. Sebuah pendidikan tidak bisa lepas dari tiga komponen tersebut. Ketiga-tiganya harus berjalan saling mendukung. Jika salah satu elemen tersebut tidak berfungsi seperti yang diharapkan, maka kualitas (terutama moral) peserta didik kurang baik.
Pada tulisan kali ini akan dibahas Muwashofat (kriteria) pendidik (Murobbi) yang ideal agar dapat dijadikan Midyah oleh para Murobbi untuk suksesnya oleh para Murobbi bahwa mereka memiliki wadoif (tugas-tugas) yang sangat menentukan, diantaranya :
a. Attazkiyah : mensucikan jiwa dan prilaku agar senantiasa tumbuh mulia dan bersih. Menjaganya dari tarikan-tarikan negatif serta menjaga kesucian fitrahnya.
b. Atta'lim : mengajarkan dan mentransfer ma'lumat dan prinsip-prinsip aqidah dalam hati dan akal Mutarobbi (anak didik) untuk diaktualisasikan dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Tugas mulia ini disampaikan oleh Allah dalam surat
"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.(3 / 79),
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". 2 / 129
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." 3 / 164.
Muwashofat Pendidik Muslim
Agar para pendidik berperan sesuai dengan taklif (beban) dari Allah SWT sebagaimana yang dibebankan kepada para Rasul dan para pengikutnya, maka sebuah keharusan para pendidik hendaknya memenuhi beberapa sifat berikut ini :
1. Hendaknya tujuan, suluk dan fikirannya robban,sebagaimana firman Allah (Hendaklah kalian menjadi manusia-manusia Robbani ) (QS. 3 / 79). Robbani adalah mereka yang membangun ketaatan, ketaqwaan pendidik dan penghambaan hanya kepada Allah SWT. Jika para pendidik menyadari kewajiban ini, maka para peserta didik juga akan diarahkan ke hadaf (tujuan) tersebut, yaitu untuk menjadi generasi robbani.
2. Ikhlas.
Ikhlas merupakan penyempurna dari sifat Robbani. Para murobbi dalam menjlankan tugas pendidikannya tidak bertujuan kecuali untuk mendapatkan keridhoan Allah dan sampai pada Haq (kebenaran) yang sesungguhnya jika tidak, maka proses belajar mengajar itu hanya transfer ilmu belaka. Al ilmu lil'ilmi (ilmu itu hanya untuk ilmu).
Rosulullah bersabda " sesungguhnya Allah tidak menerima sebuah amal kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas dan hanya berharap pahala dari sisinya (HR. Abu Daud dan Nasai)
3. Sabar
Hendaknya pada pendidik memiliki kesabaran yang tinggi dalam upaya mencerdaskan anak didiknya. Kesabaran dituntut karena kemampuan, level, intelektual dan latar belakang mereka berbeda-beda. Guru tidak dapat menyamakan kemampuan dirinya dengan kemampuan murid-murid. Untuk itu guru harus sabar, telaten dan tidak tergesa-gesa (Adamul Isti'jal)
4. Jujur (Assidq)
Guru, hendaknya jujur kepada diri sendiri. Tanda-tandanya adalah ia mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru itu dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Jika para murid melihat gurunya bertentangan dengan apa yang diajarkan, pasati murid-murid itu akan kecewa dan tidak Tsigoh (memberikan kepercayaan) (QS. 61 : 2)
Tidak heran jika hubungan antara guru dan murid kasar dan tidak berwibawa, sebab guru tidak dapat ditiru dan tidak layak dihormati.
Seyogyanya guruharus menjadi qudwah hasanah (teladan yang baik) bagi semua. Ketika memberikan perintah atau larangan, maka di harus konsisten dan orang kali pertama yang memberikan contoh.
5. Menambah wawasan
Hendaknya seorang pendidik senantiasa meningkatkan kemampuan ilmiyaynya, baik dengan membaca, berdiskusi bahkan melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. Pemahaman serta pengetahuan yang pas-pasan akan sering melakukan kesalahan. Jika peserta didik sering melihat gurunya berbuat salah dan keliru, maka ketsigohan murid terhadap guru pasti menurun. (20/114) (39/9)
Jika ilmu dan pengetahuan terbatas, apa yang akan diberikan a kepada murid, "Faqidussyai la yu'yhi" orang yang tidak punya sesuatu, tidak dapat memberikan kepada orang lain.
6. Hilmu (lapang dada)
Diantara sifat mendasar yang dapat menunjang keberhasilan proses pendidikan adalah sikap lapang dada dari para guru. Secara fitri, para siswa sangat merindukan sentuhan kasih sayang dan sikap lapang dada dari gurunya. Sifat ini mengundang simpati dan ketertarikan siswa untuk lebih berinteraksi secara intensif dengan pelajaran dan gurunya. Allah menekankan sifat tersebut dalam firmannya Q.S 3/134, 42 / 43
Rasulullah bersabda "berilah kemudahan jangan dipersulit berilah khabar gembira jangan ditakut-ditakuti " (HR. Bukhori Muslim)
7. Mampu mengendalikan (Adhdhobtuhu wa saithorah)
Seorang guru hendaknya memiliki kemampuan untuk dapat mengendalikan para siswanya. Pengendalian bukan berarti bersikap galak dengan menakutkan akan tetapi sebuah sikap yang proporsional. Bila kondisi menuntut bersikap tegas bahkan sampai pada tahap memberikan hukuman yang edukatif, maka guru harus bersikap tegas, jika tidak ada alasan untuk itu, maka guru hendaknya bersikap luwes dengan fleksibel dan menunjukkan keakraban.
Disamping itu, hendaknya guru sangat memperhatikan upaya-upaya kemaslahatan dan keluhuran akhlak peserta didik. Dan guur perlu mengetahui karakter murid yang suka bertindak tidak disiplin bukan suka usil dan berbuat onar.
8. Mengetahui level intelektual siswa
Para pendidik harus memperhatikan mustawa (tingkatan) aqliyah (intelektual) peserta didik serta kesiapan kejiwaan peserta didik. Sebagaimana Atsar dari Ali bin Abi Tholib "Berbicaralah / berinteraksilah kamu dengan manusia sesuai dengan tingkatan pemahaman mereka …………."
Ini berarti para pendidik harus memiliki latar belakang pendidikan psikologi takwini (pembentukan) dan tarbawi (pembinaan)
9. Paham terhadap Ghozwul fiktri
Para pendidik hendaknya memiliki wa'yu (kesadaran dan kewaspadaan) terhadap gerakan infasi pemikiran yang disosialisasikan secara intensif oleh musuh-musuh Allah untuk meracuni dan merusak fikroh, persepsi, syakhsiyah dan suluk generasi muda (remaja) muslim.
Para guru pasti sadar akan fenomena pola pikir, gaya hidup cara berpakaian dan prilaku siswa-siswi akhir-akhir ini yang sangat jauh dari karakteristik akhlak islam bahkan dari budaya bangsa kita sendiri.
Para murabbi hendaknya menyadari fenomena perubahan itu, kemudian melakukan langkah-langkah penyadaran dan pencegahan kemudian pembentukan manna'ah islamiyah (immunitas secara islami) agar para siswa tidak mudah tergoda oleh serbuan dahsyat gozwul fikri yang acap kali tidak disadari oleh masyarakat muslim termasuk para guru dan siswa-siswi muslim)
Rosulullah Shollahu 'alaihi wassalam sudah mengingatkan kepada kita akan gejala serangan goswul fikri secara halus dan samar dengan sabdanya "Sungguh kalian akan mengikuti sunan (prilaku) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal sehingga jika mereka (msuh-msuh Alloh) masuk ke liang biawak sungguh kalian akan mengikuti mereka"
10. Menyadari mas'uliyah (Tanggung jawab)
"Satu hal yang tidak boleh dilewatkan oleh para pendidik dan kita semua adakah Asysyu'ur bilmas'uliyah (menyadari akan tanggung jawab) pembinaan secara integral dan islami terhadap generasi muslim dan khususnya para siswa seyogyanya para pendidik secara umum baik guru agama atau umum memiliki kesadaran kolektif akan tanggung jawab pembinaan para siswa secara integral. Pembinaan itu mencakup aqidah, kesadaran ibadah, akhlak karimah, etika sosial yang fitri, peningkatan akademik dan kedewasaan intelektual. Semua itu adalah tanggung jawab kita semua, terutama para pendidik yang terlibat langsung dengan para siswa di institusi pendidikan.
Kesadaran ini akan menghantarkan kepekaan tarbawi kepada para "pendidik" bahwa tanggung jawab mereka bukan sekedar transfer ilmi dan ma'lumat saja. Akan tetapi mereka, para guur, memiliki mas'uliyah untuk menghantarkan para siswanya menjadi jail (generasi) muslim yang robbani, cerdas, pintar dan berakhlak karimah. Para guru senantiasa mengamati dan mengevaluasi perkembangan siswanya dari berbagai aspek di atas. Jika itu semua disadari dan dilakukan oleh para guru dan oleh kita semua, maka Insya Allah, generasi muslim dan para siswa tidak seperti yang kita khawatirkan selama ini. Generasi dan siswa-siswi yang terdidik dan terbina oleh sentuhan tangan-tangan profesional dan robbani, insya Allah akan menjadi "anasir taqyir" agen-agen perubah yang dapat menegakkan dinullah dan dapat mengharumkan peradaban Islam. Amin
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Uki Kifli | Bacalah | Bacalah
Copyright © 2011. Uki Media Network :: Berkembang Dalam Tantangan
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger