Bagi kamu yang biasa
mlototin teve tentu sudah tidak asing dengan tayangan "angin
malam"-nya RCTI setiap malam minggu tepat tengah malam. Acara yang dipandu
Dewi Huges yang punya semboyan "Big is Beautiful" itu, kenapa bisa
dikatakan pornografi jilid 2? Emang ada pornografi jilid satu? Trus, kalo benar
porno, mana yang porno, seambreg pertanyaan yang musti diajukan tentang acara
yang satu ini, tapi tentunya setelah yang satu, nih!!!.
Kalo bisa dikatakan
edisi/jilid pertama dari pornografi adalah tayangan yang secara vulgar nayangin
bentuk-bentuk fisik tubuh wanita sebagai obyek pornografi, kayak misalnya,
tayangan sinetron tuyul dan mbak yul, yang dandanan artisnya porno sekali, trus
ada juga sinetron jin dan jun, ada pula iklan rokok pall mall, dan seterusnya yang
intinya, mereka menayangkan pornografi secara terbuka tanpa ada tedeng
aling-aling (=ditutup-tutupi, bahasa jawa). Mungkin, karena banyak diprotes
atau sudah bosen dengan porno yang terang-terangan, maka akhirnya lahirlah ide
bahwa menyatakan "sesuatu" tidak harus secara vulgar, sembunyi
dibalik kata-kata, kalau yang ditawari ngerti, khan nggak masalah.
Maka "angin
malam" meski bukan yang pertama, menjadi tayangan pornografi jilid 2, yang
tadinya pornografi ditampilkan lewat visualisasi wanita, ternyata bisa juga
ditampilin hanya dengan kata-kata. Mao tahu buktinya? Apa yang dibayangkan
pemirsa, ketika ada iklan kacang mengatakan "ini kacangku" atau iklan
minuman suplemen macam i-rex yang diperankan Rudi Salam, atau banyaklah
contohnya. Nah, salah satu yang patut kita soroti tayangan macam angin malam,
acara serupa seperti "klinik harmoni-hemaviton" yang jelas-jelas
mengusung pornografi jilid 2, bagaimana tidak? Acara yang dipandu Meriam
Bellina, serta dr. Naek L. Tobing itu, selalu mengundang artis sebagai bintang
tamunya, apa yang dibahas dalam acara itu? ah tentunya sobat muda sudah hafal
semua, apalagi kalo bukan masalah seks. Ulfa Dwiyanti, artis yang pernah
diundang sebagai bintang tamu, mengatakan dalam acara itu, "andaikan punya
suami saya segede ini" katanya sambil memegang boks hemaviton ukuran
jumbo. Bagaimana tidak porno, brur?
Pornografi Bertaburan
Oke, acara angin malam
memang 'fenomenal' dan terus terang berani malu. Tapi bila kita mau jujur and
jeli, angin malam nggak sendirian dalam mem-'format' gaya hidup masyarakat.
Masih banyak acara atau iklan bernuansa seks yang nggak lolos sensor. Bila kamu
kebetulan rajin mengamati lukisan, juga nggak lepas dari unsur
maaf-ketelanjangan. Sekadar tahu aja, lukisan Affandi pelukis terkenal tahun 70-an
(misalnya Telanjang tahun 1947 dan Telanjang dan Dua Kucing tahun 1952), apa
itu nggak porno? Porno, Brur! Tapi anehnya kebanyakan orang menilai karya
Affandi itu sebagai karya seni. Bagaimana dengan iklan, film dan nyanyian?
Wuih, di 'sektor' ini nuansa seks juga kental banget, Non. Udah nggak keitung
jumlahnya iklan yang bikin piktor kita-kita. Tahu, sih apaan piktor itu? Piktor
itu pikiran kotor, masa' gitu aja nggak tahu. Malah ada juga iklan yang
'maksain' untuk tampil porno, meski sebetulnya iklan tersebut tulalit alias
kagak nyambung. Contohnya, ya iklan mobil Baleno yang 'dihiasi' wanita yang
tampil seksi itu.
Film dan nyanyian juga
merupakan kontributor yang getol menyajikan nuansa seksualitas. Bagi kamu yang
doyan atau kebetulan nonton video klip lagu-lagu dangdut, wah betul-betul
'greng'. Belum lagi video klip lagu-lagu negeri seberang, bisa lebih berabe
lagi tuh. Nah, bila kenyataannya memang demikian, kacau dong? Ya, memang begitu
kok. Itu bila kita mau jeli, lho. Karena terus terang pornografi itu ada di
mana-mana. "Ketelanjangan" itu ternyata bertaburan bak bunga ditaman
bhakti, kayak lagu kebangsaan hiiiiiii!!???!
Dari masa ke masa Waduh,
gokil juga ya? Berarti memang masyarakat kita parah bin kacau-balau, termasuk
para produsen produk yang tak menghiraukan rambu-rambu periklanan dan promosi,
apalagi aturan kehidupan yang berlaku. Contohnya ya, acara macam angin malam,
klinik harmoni, iklan kacang, iklan I-rex atau masih banyak, lah contohnya,
kalo disebutin satu per satu, bisa habis media ini untuk nyebutin iklan, ya
nggak, neng?. So, Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita sedang sakit, Brur.
Betul-betul parah dan liar nggak karu-karuan. Baik produsen dan juga
konsumennya.
Kalo sekarang marak
pornografi, mungkin jangan terlalu heran, karena ternyata 'nenek moyang' yang
katanya lagu, nenek moyangku seorang pelaut, ternyata udah lama hidup dalam
nuansa porno. Nggak percaya? Bila kamu menyaksikan potret tahun 1930-an di
Bali, dalam foto itu tampak para gadis masih 'porno'. Juga kita bisa 'menyaksikan'
relief-relief candi yang menggambarkan "pornografi." Wah, memang
super gawat. Bukan cuma itu kawan, di Museum Pusat di Jakarta, di situ juga
banyak dipamerkan patung-patung 'primitif' etnik yang juga porno.
Belum lagi karya-karya
sastra klasik Indonesia yang juga sarat dengan gambaran-gambaran erotik.
Seperti Arjunawijaya, Arjuna Wiwaha, Bharatayudha, Sumanasantaka, Sutasoma,
Subadra Wiwaha, Kama Sutra. Wah, konon kabarnya dalam cerita-cerita itu sarat
dengan adegan-adegan erotik yang bikin 'gerah'. Benar-benar sudah kacau sejak
dulu, dong? Yes, 'nenek moyang' negerinya Mak Lampir ini rupanya terbiasa hidup
dalam kerusakan dengan mengeksploitasi kecabulan. Kalo begitu nggak heran bila
anak turunnya, nggak malu dikatain porno.Wah, Edan memang! Sori, rada kasar
nih.
Porno atawa Seni?
Kamu masih inget nggak
dengan kasusnya Sophia Latjuba? (Tapi jangan diplesetkan jadi Laa Jubah alias
tidak pake jubah/baju , ya? He..he..he..) Yap, binatang sinetron ini pernah
nekat difoto 'nyaris telanjang' di majalah Popular. Waktu itu masyarakat banyak
yang protes, tapi nggak sedikit juga yang memburu majalah edisi 'telanjang'
tersebut bahkan rela membeli dengan harga dua kali lipat dari harga semula,
gila nggak friend!. Yang menarik, ternyata ada yang melakukan pembelaan bahwa
itu adalah karya seni. Wah, kayaknya orang yang mbelain itu, perlu melihat
lagi, apa sama tahi ayam sama tahi sapi, meski sama-sama tahi dan baunya sama
nggak sedap, tapi coba rasakan tahi ayam khan beda dengan rasa tahi sapi.
Hiiiii, emangnya enak ngrasain tahi sapi, kalo telur mata sapi memang ada.
Yaaaa itu kali yang yang benar, dasar tulalit, heeee.!!
Bagaimana dengan aturan
yang berlaku sendiri menyikapi pornografi ini? Wah, nggak jauh beda, non, Di
negeri ini, pada pasal 3 dan 4 Kode Etik Jurnalistik, hanya menyebutkan
"wartawan mengindari tulisan yang sensasional, amoral atau melanggar
kesusilaan", nah kalo udah gitu mau ngapain, khan tidak ada ketegasan!!!
Sobat, kayaknya kita
harus terus mengelus dada menyaksikan beragam kekacauan dan kemaksiatan ini.
Khusus untuk masalah pornografi, kayaknya nggak bakalan kelar urusannya bila
kita cuma diam membatu seperti patung. Sementara 'sarana' yang ditunggangi
pornografi begitu deras menghantam kita setiap saat. Lewat film, nyanyian,
majalah, iklan, termasuk lukisan dan patung, dan seabrek hiburan panggung yang
bikin ruwet dan membuletkan akhlak kita. Coba liat, berapa jumlah
"sarana" pornografi di negeri ini, 974 pers yang mengantongi SIUPP,
1.967 non pers punya Surat Tanda Terbit yang oplahnya mencapai 14 juta,
bayangkan brur 14 juta, weleh-weleh. Tidak cukup hanya itu, ada 10 stasiun TVRI
dengan 315 pemancar, ada 5 teve swasta dan ada 49 radio RRI dengan 351
pemancar, serta 752 radio non RRI, yah cukuplah dan sebanding kalo untuk
merusak gaya hidup masyarakat kita.
Trus Brur, yang bikin
gondok dan perih, ternyata sebagian masyarakat masih ada yang menganggap bahwa
bila sarana 'penyebar' pornografi yang karya seni tidak termasuk ke dalam
pornografi. Misalkan, seorang penyanyi dan pencipta lagu terkenal di negeri
ini, yang kebetulan sedang naik daun malah sempat memaki-maki masyarakat kita
ketika salah satu video klip-nya yang 'nyerempet' itu diprotes habis-habisan.
Siapa lagi kalo bukan pelantun lagu "Jika", Melly Guslaw. Doi sempat
uring-uringan dan menuduh masyarakat kita kuno dan nggak bisa hidup modern.
Menurutnya, masyarakat kita harus meneladani penduduk Amerika yang selalu
terbuka dan 'berani' hidup modern. Tambahanya lagi, doi menyebutnya sebagai
karya seni, dan itu bukan porno. Wah, wah, wah, berabe juga tuh doi, kualat
baru tahu rasa loo!!
Demikian juga, acara
angin malam, bisa saja mereka berdalih itu adalah sex education. "Khan
wajar masyarakat kita yang terlalu tertutup soal seks, bisa lebih terbuka dikit
dengan acara macam angin malam". He, emangnya bisa njamin, kalo sudah ada
acara angin malam atau klinik harmoni-hemaviton, pendidikan seks remaja kita
bisa jadi mantep. Acara seperti lebih kepada unsur komersial belaka daripada
sex educationalnya, dan lagi mana bisa pendidikan seks hanya dengan acara-acara
gitu-gituan !Uhhhh Dasar.
So, Now, what?
Yes, Masyarakat ini
sekarang betul-betul sedang sakit, coy dan bahkan penyakitnya parah banget,
Suer, harus dicari 'obat' mujarab untuk bisa menyembuhkan penyakitnya itu. Nah,
khusus untuk masalah porno dan pornografi Islam punya aturan yang oke punya dan
dijamin bisa nylesein dengan tuntas, tas, tas. Karena Islam adalah ideologi,
yang mampu menyelesaikan berbagai problem kehidupan, tul nggak???
Perhatikan, sabda
Rasululah tentang hubungan pemenuhan gharizah an-nau' (naluri seks) yang kacau
ini : "Anak Adam tidak dapat menghindar dari perbuatan (yang
menghantarkannya kepada) zina, yang pasti akan menimpanya, yaitu zina mata
adalah dengan melihat (aurat wanita), zina telinga adalah dengan mendengar
(kata-kata porno/desahan, cinta asmara dari wanita/lelaki yang bukan
suami/istri), zina lidah adalah dengan ucapan (menggoda wanita dengan rayuan
dan kata-kata kotor dan porno), zina tangan adalah dengan tindakan kasar
(memperkosa, menjawil bagian tertentu dari tubuh wanita), zina kaki adalah
dengan berjalan (ke tempat maksiat, misalnya ke kompleks pelacuran). (Dalam hal
ini), hatilah yang punya hajat dan cenderung (kepada perbuatan-perbuatan
tersebut), dan farji (kelamin) yang menerima dan menolaknya." (terj. HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
Coba cari Brur, ayat dan
hadits mana yang membolehkan kita mengobral aurat? So, nggak ada khan, yang ada
ada! Justru kita akan banyak temukan adanya perintah untuk menutup aurat. Lihat
Al-Quran surat An-Nuur ayat 31 yang artinya : "…Janganlah mereka
menampakkan perhiasannya (anggota badannya) kecuali yang biasa tampak dari
padanya…"
Ayat ini dengan jelas
melarang wanita untuk tidak menampakkan auratnya. Yang boleh terlihat hanyalah
apa-apa yang biasa tampak. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud adalah wajah dan
telapak tangan.
Sobat, pornografi yang
bertaburan adalah akibat rusaknya pemikiran, perasaan dan peraturan yang ada di
tengah-tengah masyarakat kita. Jelas dong, kalo pikirannya 'waras' nggak
bakalan ada acara seperti itu. Kalo perasaan masyarakat nggak diracuni dengan
acara angin malam, kalo peraturan negara menggunakan aturan yang datang dari
Allah, yang lebih tahu kelemahan dan kelebihan mahluk ciptaan-Nya dijamin deh
pornografi dan turunnya nggak bakal bikin resah masyarakat.
Untuk menumpas masalah
porno dan pornografi sampai ke akar-akarnya diperlukan tiga hal; yakni (1)
takwa individu, (2) kontrol masyarakat, dan (3) penerapan aturan dan sanksi
oleh penguasa (pemerintah). Takwa individu jelas amat dibutuhkan, karena orang
yang bertakwa pasti akan malu untuk melakukan atau menyaksikan perbuatan
maksiat macam pornografi. Karena berbuat maksiat adalah dosa. Pengawasan dari
masyarakat juga kudu ampuh, soalnya ada saja individu yang nekat berbuat salah.
Bila tidak ditegur, bisa berbahaya bagi jamaah yang lain. Ingat sabda
Rasulullah Saw. yang artinya : "Apabila telah tampak perzinahan dan riba
di suatu daerah, maka penduduk daerah itu telah menghalalkan diri mereka
sendiri untuk mendapatkan adzab Allah".
Jadi, masyarakat harus
kompak dalam menilai suatu perbuatan. Jika salah, katakan salah, jika porno
katakan porno, bukan porno dikatakan seni atau seni yang dipornokan. Mayarakat
jangan cuek bebek aja kayak wong bodo. Nah, selanjutnya, negara harus berani dong
untuk menerapkan aturan dan sanksi bagi yang melanggar. Jangan pornografi yang
kecil saja yang diberantas, tapi media pelancar pornografi seperti majalah,
koran, teve, internet dll dibiarkan terus menayangkan. Maka jangan kaget bin
stres bila suatu saat nanti tayangan serupa atau yang lebih parah bakalan
muncul.
Nah, udah saatnya
berbenah diri, mulai dari individu kita, masyarakat kita dan negara kita, tiga
kontrol ini harus selalu bersamaan dan bergandengan, nggak boleh salah satunya
ditinggalkan. Boleh kamu telanjang, tapi nanti kalau kamu sudah death alias
mati. Kalo kamu mati bakal "ditelanjangi" (baca ; dihizab) oleh Allah
atas perbuatanmu di dunia, makanya sebelum "ditelanjangi" Allah,
jangan mau disuruh telanjang beneran di dunia, wah berabe banget, brur, baju
yang kamu copot waktu telanjang bakal jadi baju api neraka kamu nanti
diakhirat, wiihh, takuttt!!
Naudzubillah mindzalik
Wallahu 'alam bishowab



0 comments:
Post a Comment