Di laboratorium
milik Dr. Erwin tidak seperti biasa. Kini ada tamu di lab itu, ada Rudy, Gino,
Haris dan tidak ketinggalan laki-laki tua yang masih segar bugar, Soma. Mereka
duduk bersama dalam sebuah meja yang saling berhadapan. Seperti dalam sebuah
rapat mereka tampak serius untuk menyusun strategi melawan musuhnya.
“Kebetulan
alat-alat yang kalian butuhkan sudah kubuat. Untuk melumpuhkan musuh, kita
harus punya strategi penyerangan yang bagus. Sudah kalian rencanakan belum?”
tanya Dr. Erwin.
“Dengan
alat-alat yang kita punya, rasanya kita punya modal untuk melawan mereka.
Setelah kita tahu tempat mereka berada kan gampang tinggal kita datangi dan
serang lalu cari orang yang akan kita selamatkan. Sudah simple kan…!” jawab
Gino.
“Tidak semudah
itu, tiap yang kita lakukan harus berdasarkan perhitungan dan perencanaan yang
matang,” sergah Dr. Dhava membantah pendapat Gino.
“Lalu sebaiknya
bagaimana?” tanya Rudy serentak dengan Haris.
“Di dunia bisnis
ada istilah Suentze Phing Hoa, atau Seni Perang Tsun Tzu, karya Sun Tzu sekitar
500 tahun Sebelum Masehi. Karena hebatnya karya ini banyak diadapsi menjadi
seni strategi bisnis, manajemen keluarga, dan ilmu-ilmu lainnya. Siasat perang
ini jika kita gunakan strategi dalam melawan musuh pasti sangat beguna,” jelas
Dr. Dhava.
“Tapi kan ilmu
itu sudah kuno… coba sudah 25 abad yang lalu!?” kata Gino meragukan usul Dr.
Dhava.
“Tunggu dulu,
sampai saat ini inilah strategi yang paling jitu untuk berperang. Teori perang
ini dipakai oleh Soviet bahkan dipakai sebagai buku wajib, di akademi militer
Amerika juga mewajibkan mengunakan buku Sun Tzu The Art of War sebagai buku
wajib. Di Jerman dan di Jepang pun sama. Jadi intinya hampir seluruh negara
menjadikan seni perang Sun Zhu ini sebagai pedoman dalam menyusun strategi
militer. Gimana hebatkan strategi dan seni perang ini sampai sekarang masih
digunakan dan dijadikan pedoman!” sahut Dhava meyakinkan Gino tentang
pendapatnya.
“Lalu apa yang
dapat kita aplikasikan dalam situasi ini?” tanya Soma penasaran.
“Ya tentu ada
banyak hal yang akan kita aplikasikan. Pertama, kita menilai situasi, kekuatan
kita dibandingan dengan musuh, kita analisa kekuatan dan kelemahan pada diri
kita, kelemahan yang ada dalam diri kita, tutupi dengan kekuatan yang lain,
dari perhitungan ini, berapakah faktor keberhasilan yang dapat kita capai.
Selanjutnya, kita rumuskan sasaran dan strategi penyerangan. Ssasaran apa yang
harus diprioritaskan, kemudian dalam strategi kita pilih medan tempur dan
jadikan tempat tersebut sebagai pendukung bagi kita. Terus pemusatan kekuatan
kita kerahkan dimana.
Dari beberapa
butir dari seni perang ini yang bisa aplikasikan, seperti, bila mampu menyerang
harus nampak tidak mampu menyerang; pasang umpan untuk menarik perhatian musuh;
bila lawan kuat hindari; berpura-puralah supaya untuk kelihatan lemah agar
kawan lalai; serang saat lawan tidak siap di tempat tak terduga; posisi di
tempat tinggi lebih baik dari pada posisi si bawah saat menyerang; dan masih
banyak sih yang lainnya. Yang jelas segala situasi dan kondisi kita maksimalkan
untuk kemenangan kita.
Kenalilah orang
lain dan kenalilah diri sendiri, maka kemenangan takkan terlewatkan; Kenalilah
datarannya, kenalilah kondisi alamnya, maka kemenangan akan mutlak.
Menurut
analisismu lawan kita ini bagaimana?” tanya Dr. Dhava kepada Rudy.
“Tempat yang
akan kita tuju telah ditutup tahanan gaib sehingga pandangan claivoyanceku
tidak bisa menembusnya. Namun sedikitnya aku merasakan energi yang sangat besar
yang selama ini terus kuamati. Disana ada anak Kenbo dan seorang anak buahnya
yang menculik Astri, seorang wanita yang membunuh ibuku, ada lagi seorang
laki-laki yang dulu mengeroyok ayahku, terus… ada banyak mungkin sekitar
ratusan Cyborg yang siap diaktifkan. Dan beberapa penjaga tapi aku tak jelas!”
kata Rudy menggambarkan situasi yang di perkirakan melalui kemampuan
clairvoyancenya, sambil memejamkan matanya.
“Ratusan
Cyborg?! Bukankah mengalahkan Cyborg itu sangat sulit. Kulit mereka dari
titanium … !!! sehebat apapun rencana kita, bila perbandingan kekuatannya
sangat jauh kita tidak bisa apa-apa!” kata Gino pesimis.
“Berarti kamu
belum mengenal musuh kita dengan baik. Bila yang kita kuatirkan cuma Cyborg.
Aku tahu solusinya!!” kata Haris dengan tersenyum.
“Ayo kita atur
lagi strateginya untuk menyerang musuh kita! Karena menyerang lebih baik dari
pada menunggu diserang!!” kata Soma dengan semangat.
Di Jakarta,
tepatnya di Distrik 13, ada sebuah gedung yang sangat megah, namun gedung ini
terpencil jauh dari jangkauan bisingnya kota. Di sekitar bangunan ini hanya
tanah luas yang tak berpenghuni dan dipenuhi pohon-pohon yang lebat. Gedung
dengan benteng yang tinggi dijaga dengan sangat ketat. Tidak ada seorangpun
yang bisa melewati gedung ini tanpa izin pemilik gedung.
Dengan tinggi
lima lantai dan memiliki ruangan yang sangat luas gedung ini beroperasi sudah
sejak lama. Halaman yang sangat luas yang terdiri dari beberapa kompleks.
Gedung ini jarang sekali tersentuh oleh publik karena sangat terpencilnya
tempat itu dan keamanan yang ekstra ketat. Gedung itu dikelilingi benteng
setinggi lima meter yang memberikan kesan angker dan menyeramkan. Semua itu
karena pemiliknya adalah Kenbo yang memiliki akses ke pemerintahan karena itu
tidak ada seorangpun yang berani mengganggu tempat itu.
Di sebelah utara
sebagai pusat produksi obat-obatan terlarang. Terutama Floven, Psikotropika
golongan terbaru yang sangat berbahaya. Selain itu, di sebelah selatan itu pula
tempat percetakan uang palsu, yang kemudian dicuci di meja judi di kasino milik
Kenbo di Jakarta Pusat. Di sebelah barat gudang penyimpanan berbagai senjata.
Dan sebelah timur adalah gerbang masuk yang selalu dijaga ketat.
Astri dan kedua
orang tuanya disekap di lantai empat, sedangkan Vincent sedang berada di lantai
satu. Sementara itu pasukan Cyborg yang belum diaktifkan di lantai dua di
sebelah barat.
“Hypno, bila
kuperhatikan anak si Prof itu cantik juga ya? Aku jadi suka sama dia, mungkin
wanita yang seperti itu yang pantas dijadikan pendamping hidupku. Hypno cepat
bawa gadis itu kesini!” kata Vincent sambil membayangkan dalam pikirannya
tentang masa depan yang bisa ia jalani bersama gadis yang ia sekap.
“Baik bos!” kata
Hypno mengiyakan sambil pergi ke ruang atas untuk membawa gadis itu.
Beberapa saat
kemudian Hypno membawa seorang gadis cantik dengan paksa, terlihat dari
genggaman eratnya di tangan gadis yang mungil dan halus itu. Hypno menyeret
gadis itu walau kadang gadis itu meronta.
“Ini tuan!!”
“Harusnya jangan
kamu sakiti gadis ini, apa pengaruh ilmumu sudah habis? Sampai-sampai kamu
harus menyeretnya dengan paksa!” tanya Vincent sambil memegang tangan gadis itu
mengajaknya mendekat dengan lambaian tangannya.
“Iya tuan, ilmu
gendam yang aku miliki sifatnya temporer dan tidak bertahan lama, namun kalau
ilmu hipnotis efeknya bisa sangat lama,” jawab Hypno sambil pergi menjauh dari
hadapan Vincent dan gadis itu.
“Namamu Astri
bukan! Kamu gadis yang sangat cantik, aku baru melihat gadis secantik kamu,”
sahut Vincent merayu Astri dengan tatapan binalnya yang mencoba menyisir tiap
lekuk tubuh Astri.
“Kamu siapa?
Mengapa kamu menculik aku dan keluargaku?“ tanya Astri yang ketakutan dan
berusaha menjauh dan mencari celah-celah untuk bisa kabur dari tempat itu.
“Aku… aku adalah
bos ayahmu. Ada pekerjaan yang harus dituntaskan oleh ayahmu. Setelah aku
melihatmu rasanya aku telah menemukan wanita yang aku cari. Maukah kamu menjadi
isteriku …?” Vincent langsung tanpa basa basi menanyakan hal yang tak mungkin
bisa diiyakan oleh Astri.
“Aku tak mungkin
bisa menikahimu! Kamu adalah penjahat! Lepaskan aku!!! Biarkan kami pergi ku
mohon…!” kata Astri dengan bentakan yang selanjutnya ia memohon dengan iba
disertai tangisan dan cucuran air mata. Namun semua itu tidak merubah sikap
Vincent yang semakin menjadi-jadi. Bahkan ia seolah ingin menerkam dan
menjilati seluruh tubuh gadis itu dengan birahinya yang kian tak terkontrol.
Beberapa kali
Vincent dengan nafsu birahinya mencoba memeluk Astri. Namun gadis itu berkelak
dan berhasil melepaskan diri dari terkaman tubuh besar Vincent.
“Mendekatlah
manis… aku sudah tak sabar ingin memelukmu, ayo … kemari … “
Astri yang
ketakutan mencoba berkelak dari pelukan laki-laki itu, dilihatnya sebilah pisau
yang berada di atas buah-buahan. Ia dengan cepat mengambil pisau itu, ia
arahkan ke perutnya seolah akan mengambil ancang-ancang untuk menghunuskan
pisau itu ke perutnya.
“Pergi dari
hadapanku … !!! Cepat … !!! Atau aku akan bunuh diri … !!!” teriaknya sambil
mengancam untuk bunuh diri.
Melihat hal itu
Vincent langsung menarik diri, ia mencoba menenangkan gadis itu.
“Manis jangan
nekad … kamu tidak akan ku apa-apakan, akan kuberikan kenikmatan yang mungkin
belum pernah kau rasakan sebelumnya..! Simpan pisau itu … ayo…”
“Pergi !!! Aku
tak sudi tidur bersamamu lebih baik aku mati … cepat pergi…!”
“Baiklah … “
Lalu lelaki itu pergi dengan pelan-pelan dari kamar, meninggalkan Astri sendiri
di kamar yang menangis tersedu-sedu. Kepada Hypno ia memerintahkan untuk
merubah gadis itu, “Hypno! Coba gunakan ilmumu, agar cewek itu bisa tertarik
padaku dan terpedaya olehku. Buat agar dia benar-benar tergila-gila padaku!
Kalau perlu, pake cara yang instant aku sudah nggak sabar nih!”
“Beres bos,
tunggu aja … he .. he.. he….”
Laki-laki itu
melangkah masuk. Sementara itu Vincent duduk dikursi, menunggu di luar kamar
dengan sabar.
Tiba-tiba
terdengar suara ledakan di depan gerbang. Gerbang yang sangat kokoh tumbang
dengan api yang terpercik kesana-sini karena hantaman sebuah roket yang
ditembakan dari sebuah mobil truk besar. Mobil truk besar itu melaju dengan
cepat menghantam pintu depan. Semua penjaga yang berjaga di pintu tak bisa
menahan laju truk itu. Hujaman peluru dengan deras menghujani truk itu, tapi
banyaknya lubang akibat peluru panas yang bersarang tidak menghentikan laju
mobil itu. Laju mobil tak tertahan, melaju dengan cepat. Laju itu hanya bisa
ditahan oleh dinding gedung yang membuat gedung itu jebol.
Teriak dan deru
tembakan memecah keheningan. Suara alarm yang berbunyi memekakan telinga. Semua
pasukan bersiap.
“Pak… gawat
gerbang depan sudah jebol, dihantam truk. Apa yang harus kita lakukan Pak?!”
kata sorang penjaga melapor dengan suara terengah-engah kepada Vincent.
“Dasar goblok
perketat penjagaan! Kerahkan semua penjaga untuk menghancurkan mobil itu. Seret
orang yang mengendarai mobil itu! Ambil semua persenjataan dari gudang
belakang! Cepat nunggu apa lagi!! Mungkin sekarang saatnya untuk mengaktifkan
semua Cyborg!!” perintah Vincent sambil melangkah ke ruang control untuk
mengaktifkan semua Cyborg dengan memasukan kode akses.
Semua penjaga
berlari ke arah gudang belakang untuk mengambil senjata dan amunisi. Namun
ketika puluhan penjaga akan membuka pintu gudang amunisi, gudang itu tiba-tiba
meledak dengan dahsyat. Semua penjaga yang berada di dekat gudang itu hancur
terbakar, tubuh mereka terlempar bercerai berai oleh ledakan itu, tak satupun
yang selamat dari jilatan api ledakan itu.
Sementara itu di
gedung lantai dua semua Cyborg telah diaktifkan oleh Vincent dengan kode
aksesnya di ruang pengontrol. Semua Cyborg segera keluar dari lantai dua,
mereka segera menyebar ke berbagai tempat membentuk formasi keamanaan yang
telah bisa di programkan kepada para Cyborg. Sebagian besar berhamburan keluar
memeriksa mobil truk yang sangat mencurigakan tanpa mereka tahu apa dan siapa
yang ada dalam truk tadi.
Mobil truk itu
segera dikerumuni para Cyborg, seolah mereka akan melumat mobil truk itu
menjadi kepingan-kepingan besi tua. Namun tidak mereka duga mobil yang
dikerumuni para Cyborg tadi tiba-tiba meledak, ledakan ini bukan ledakan biasa
namun ada sesuatu pancaran energi listrik dengan radiasi yang sangat luas,
beberapa ratus meter, sehingga radiasi ledakan listrik itu menyebar menutupi
semua area itu.
Ledakan listrik
atau dikenal EMP singkatan dari Eletromagnetic Pulse, telah mengakibatkan
peralatan elektronik dan lisrik di tempat itu mati dan tidak dapat digunakan.
Begitupun yang terjadi dengan semua Cyborg, yang terdiri dari elemen-elemen
listrik, sebuah robot yang terdiri dari jaringan eletromagnetik dan biosistetis
pasti terkena dampaknya. Cyborg-Cyborg itu seketika seolah-olah kejang-kejang
kemudian terkulai dan mati dengan tubuh yang mengeluarkan asap dan percikan
listrik.
Ternyata semua
kejadian itu ditimbulkan oleh aksi keempat orang yang dari tadi sudah berada di
tempat itu. Haris dan Gino yang bersembunyi di gudang sebelah utara. Setelah
mereka masuk ke komplek itu dengan melompati benteng tinggi tanpa diketahui
oleh penjaga tempat itu. Mereka mengendalikan mobil truk dengan remote control,
dan meledakan gerbang dengan roket yang terpasang di mobil itu. Selain dari itu
mereka juga meledakan kejutan listrik atau EMP yang membuat rusaknya semua
peralatan listrik setelah semua Cyborg diaktifkan.
Sementara itu
Rudy dan Soma bersembunyi di gudang sebelah selatan. Dimana mereka sebelumnya
meletakan bom di gudang penyimpanan senjata, dan meledakannya ketika penjaga
akan mengambil senjata dan amunisi.
Serangan yang tepat
sasaran, mengejutkan semua orang yang berada di tempat itu. Keadaan menjadi tak
terkendali. Kepanikan menyergap. Bahkan Vincent dibuat kelabakan dengan situasi
itu.
Strategi jitu
untuk melumpuhkan lawan. Mereka mengaplikasikan semua strategi yang mereka
rencanakan di rumah Dr. Erwin atas petunjuk Dr. Dhava dengan metode perang Sun
Zhu-nya. Selain itu data tiap bangunan mereka dapatkan dari penyadapan jaringan
network dan penyadapan terhadap satelit oleh Dr. Erwin, sehingga pemetaan
gedung yang ada di tempat itu dapat diketahui untuk menyusun strategi.
Serangan yang
tak terduga dan melumpuhkan lawan yang jumlahnya ratusan dengan memanfaatkan
kelemahan lawannya. Cyborg adalah sebuah robot yang terdiri dari jaringan
eletriomagnetik dan biosintetis. Dapat dengan mudah dihancurkan dengan
mengunakan EMP atau ledakan eletromagnetik. Ledakan ini biasa digunakan dalam
bom nuklir. Dalam bom nuklir, pemicu EMP terletak di hulu ledaknya. Ledakan ini
sering tidak diperhitungkan karena sering tertutup oleh ledakan besar yang
ditimbulkan dari reaksi berantai dari sebuah bom nuklir. Dan dalam kasus ini,
EMP inilah yang dimanfaatkan oleh Haris yang dibantu oleh Dr. Erwin untuk
melenyapkan semua Cyborg yang ada di tempat itu.



0 comments:
Post a Comment