Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menegaskan,
politik bukanlah soal menang atau kalah. Akan tetapi yang sangat
penting adalah masalah komitmen pemimpin kepada soal-soal kerakyatan.
“Pilkada DKI membuktikan rakyat tidak melihat politik hanya soal
transaksi dan untung rugi. Namun saya juga tidak senang kalau pengamat
melihat politik sebatas kalah-menang,” kata Mega saat membuka Rakernas
II PDIP, kemarin, di Surabaya, di hadapan sekitar 1.500 kader Partai
Moncong Putih.
“Karena itu, saya mengingatkan Mas Jokowi bahwa politik bukan seperti
kata pengamat bahwa pihak yang menang harus menyingkirkan pihak yang
kalah, sebab yang penting bukan itu, melainkan komitmen kepada problem
rakyat,” katanya.
Menurut mantan Presiden RI itu, menang dalam Pilkada, Pemilu, atau
Pilpres adalah jangka pendek, karena jangka panjang yang lebih penting
adalah membumikan Pancasila guna menyusun kerangka kehidupan dan
batu-batu peradaban.
“Rakyat DKI sudah membuktikan Pancasila masih ada di dada mayoritas
rakyat Indonesia yang mementingkan kebersamaan, toleransi, dan
kebersamaan, bukan uang, karena itu para pemimpin harus merawat modal
berharga itu dengan komitmen kepada rakyat,” katanya.
Untuk itu, putri Presiden Soekarno itu mengingatkan pentingnya para
pemimpin juga membumikan Pancasila dalam pemerintahannya, baik eksekutif
maupun legislatif.
“Bung Karno sudah mengajarkan kepada kita dengan ‘trisaksi’ yakni
berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian
secara budaya. Para pemimpin yang berdaulat secara politik itu memiliki
kebijakan anggaran untuk rakyat, bukan untuk belanja pegawai. Regulasi
pun memihak rakyat,” katanya.
Untuk berdikari secara ekonomi, katanya, kepedulian pada ekonomi
kerakyatan, yakni pertanian dan kelautan. “Kalau serba impor seperti
sekarang, saya yakin kita akan mengalami krisis, sebab kita tergantung
kepada negara lain, sehingga kalau negara lain krisis, maka kita juga
bisa kena krisis dan krisis gizi,” katanya.
Oleh karena itu, Megawati memerintahkan kader-kader PDIP se-Indonesia
untuk mengantisipasi krisis ekonomi, krisis pangan, dan krisis gizi
bila ketergantungan dibiarkan terus-menerus. “Kita bisa memaksimalkan
potensi lokal, seperti bubur Manado, ledok Bali, gado-gado, dan
sebagainya,” katanya.
Untuk berkepribadian secara budaya, katanya, bukan berarti
anti-asing, melainkan tidak menomorsatukan budaya asing dan tetap bangga
pada budaya bangsa sendiri.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga mengkritik kader-kader PDIP
sendiri yang memiliki ‘penyakit politik’, seperti berpolitik secara
feodal atau mementingkan “orang sendiri” dan berpolitik secara
“pokok-e”.
“Kita juga harus mengevaluasi diri sendiri dalam Rakernas II ini,
karena itu kader-kader yang memiliki ‘penyakit politik’ harus ditegur,
lalu legislator yang tidak memiliki produk legislasi sesuai Pancasila
juga harus diingatkan,” katanya.
Selain untuk konsolidasi partai menjelang Pemilu dan Pilpres 2014,
Rakernas yang akan berlangsung di Surabaya, 12-14 Oktober ini juga akan
membahas soal kedaulatan pangan.
0 comments:
Post a Comment