dakwatuna.com - Jika kita pernah menyaksikan jejak
petualangan seseorang yang ditayangkan di televisi, maka seolah kita
sedang menyaksikan sebuah roda kehidupan ini. Betapa hidup sebenarnya
adalah kerja keras yang bertujuan untuk mendapatkan kesuksesan. Tentu
saja dengan melakukan hal-hal yang terbaik yang bisa kita lakukan.
Seorang petualang akan melakukan hal apa saja demi mencapai sebuah
tujuannya.
Jika ia adalah seorang pendaki gunung, maka batu
terjal, hutan rimba, cuaca yang dingin sudah barang tentu menjadi
hambatan untuk dilewati agar sampai ke puncak yang ia tuju. Jika ia
adalah seorang pembalap motor yang ulung, tentu saja tikungan-tikungan
tajam menjadi tantangan, agar bisa melewati lap demi lap dengan
kecepatan tercepat. Jika ia seorang petinju handal maka ia akan berusaha
mengalahkan lawan dengan sebaik mungkin. Dan masih banyak hal yang
lainnya yang membuat seseorang mempertaruhkan dirinya untuk sebuah
kesuksesan.
Dengan demikian salah satu dari barometer keberhasilan
adalah kerja keras. Maka wajar saja ada pepatah mengatakan, “Seberapa
besar usahamu maka sebesar itu pulalah keberhasilan yang akan kamu
peroleh”. Tolak ukur untuk sebuah keberhasilan adalah kerja keras dan
usaha yang lebih. Lantas bagaimanakah kita bisa menghadirkan semangat
kerja keras kita dalam mencapai sebuah kesuksesan?
Yang pertama
Jawabannya adalah Berani bermimpi. “Al-kullu yubda’u bil ahlam” semua
itu dimulai dari mimpi. Seberapa besar impian Anda dan seberapa besar
Anda untuk mimpi itu. Sejarah telah mengukir jejak para petualang
kehidupan yang sukses. Bahwa banyak di antara mereka adalah orang yang
fokus terhadap impian mereka. Siapa yang tak kenal dengan sosok imam
besar yang satu ini, imam Syafi’i.
Dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa beliau sangat ingin sekali pergi ke Mesir untuk bisa belajar
kepada ulama-ulama Mesir terutama kepada Imam Al-laisi, namun karena
hidup dengan kondisi kekurangan ketika itu, akhirnya setelah
bertahun-tahun barulah impian beliau untuk bisa ke Mesir terwujud.
Impian memang tak mengenal batas, dengan mimpi orang dapat melakukan apa
saja yang ia Inginkan walau harus melakukan hal yang terpahit
sekalipun, tak ada yang dapat menghalangi usahanya jika impian sudah
ditetapkan.
Kemudian, jadikan kesulitan itu sebagai energi untuk
menuju sukses. Bagi orang yang memiliki impian yang kuat maka halangan
dan rintangan bukan lagi menjadi penghambat, justru keduanya menjadi
energi positif yang dapat menghantarkan dirinya kepada impian yang ia
inginkan. Seorang imam Malik sebelum beliau menjadi ulama besar,
dikisahkan bahwa beliau pernah menjual atap rumahnya untuk bekal
menuntut ilmu, dengan kondisi kekurangan seperti itu justru imam Malik
muncul sebagai sosok ulama darul hadits yang termasyhur di kalangan
Madinah ketika itu. Demikian pula imam Syafi’i karena kemiskinannya
beliau terpaksa harus mengais-ngais sampah untuk mendapatkan kertas,
namun beliau sangat sabar dan mampu melewati masa-masa itu sehingga nama
beliau dikenang sampai saat ini. Terbukti bahwa semua kesulitan itu
telah menghantarkan mereka untuk merubah mimpi menjadi kenyataan.
Selanjutnya,
kesuksesan yang tertunda itu bukan berarti kegagalan selama-lamanya.
Mungkin masing-masing kita pernah merasakan hal yang satu ini. Misalnya
gagal ketika mengikuti ujian nasional (UN), gagal untuk mendapatkan
beasiswa di universitas yang ada di Indonesia, atau rosib (tidak naik
tingkat) dalam imtihan di Al-Azhar. Namun siapa yang menyangka justru
semua kegagalan itu kini berakhir dengan hikmah yang luar biasa.
Misalnya yang dulunya tidak lulus beasiswa di Indonesia, namun kini
mendapatkan kesempatan belajar di universitas Al-Azhar, universitas
Islam tertua di dunia. Demikian pula halnya yang tahun lalu rosib,
justru kini najah (naik tingkat) dengan nilai terbaik. Semua Itu mungkin
hanya sebagian hikmah yang bisa kita petik dari sebuah keberhasilan
yang tertunda. Dan tentunya Allah pasti jauh lebih tau terhadap apa yang
kita butuhkan.
Semua hikmah itu akan terasa manis ketika kita
tahu bahwa kesuksesan yang tertunda bukan berarti kegagalan untuk
selama-lamanya. Ingat kesuksesan yang tertunda, bukan berarti impian
kita telah berakhir, ketahuilah bahwa akan ada hikmah dan kesuksesan
selanjutnya. Dalam sejarahnya imam Syafi’i yang gagal untuk bertemu
dengan imam Al-laisi (Mesir) ketika itu dikarenakan kekurangannya tidak
lantas membuat imam Syafi’i patah semangat, bahkan beliau mampu
mendapatkan yang lebih baik dari itu semua, hingga akhirnya beliau bisa
menetap di Mesir sampai akhir hayatnya.
“Yakinilah, bahwa
bagaimanapun Impian tak akan mengenal batas, siapa pun ia yang ingin
sukses harus berani bermimpi dan berani bekerja keras untuk mewujudkan
impiannya. Jangan khawatirkan batas antara impian dan kenyataan. Jika
kita dapat memimpikannya, maka insya Allah kita dapat mewujudkannya.
Tapi ingat kawan kita tidak dapat hanya duduk dan menunggu seseorang
hadir kemudian memberikan mimpi emas. Kita harus keluar dan membuatnya
terjadi pada diri kita sendiri”.



0 comments:
Post a Comment