AKTIFIS ISLAM YANG EKSTREM - Uki Media Network
Headlines News :
'

Home » » AKTIFIS ISLAM YANG EKSTREM

AKTIFIS ISLAM YANG EKSTREM

Written By Unknown on Friday, November 30, 2012 | 6:43 AM

 
MENGAPA  PARA  AKTIFIS  GERAKAN  ISLAM  HARUS  MENJAUH  DARI  SIKAP  EKSTREM  DALAM  BERAGAMA?
( ألصحوة ألإسلا مية بين الجهود والتطرف )
 ألدكتور يوسف ألقرضا وي
DEFINISI
Ekstrem (تطرف) : Menurut etimologis bahasa Arab (لغة) bermakna berdiri di tepi, jauh dari tengah. Dlm bahasa Arab awalnya digunakan untuk hal yg materil, misalnya dlm berdiri, duduk atau berjalan. Lalu kemudian digunakan juga pd yg abstrak seperti sikap menepi dlm beragama, pikiran atau kelakuan.
DALIL2  SYARIAT  YG  MELARANG  SIKAP  EKSTREM
Islam memerintahkan ummatnya bersikap adil dan moderat sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah :
Demikianlah KAMI jadikan kamu ummat yg adil dan moderat (wasathan) supaya kalian menjadi saksi atas manusia (QS 2:143).
TAFSIR AYAT :
1. ألوسط = ألعدل, asal bahasanya diambil dari kata “Yg terbaik dlm segala sesuatu adalah yg paling adil.“ Dlm hadits yg diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dr Abu Sa’id al-Khudri ra : Bahwa Nabi SAW membacakan ayat ini lalu bersabda : Maksudnya adalah yg adil (berkata at-Tirmidzi hadits ini Hasan Shahih).
2. Dlm ayat yg lain (QS al-Qalam-28) disebutkan ‘أوسطهم’ yg bermakna ‘أعدلهم’ (yg paling adil dan baik diantara mereka).
3. Dlm bahasa Arab disebutkan ‘وسط الودي artinya tempat yg terbaik dan terbanyak buah dan airnya. Dan وسط artinya menjauh dr sikap berlebihan dan pengabaian, yg dimaksud ayat ini yaitu agar umat Islam terjauh dari sikap berlebihan dlm beragama seperti ummat Nasrani dan pengabaian seperti ummat Yahudi.
4. Dari Ali ra : “Senantiasalah kalian berada pd kelompok yg adil dan moderat, yg padanya orang2 yg ekstrim harus mundur dan orang yg mengabaikan harus maju.“
5. Tidak disebut pertengahan jk hanya ada 2 kelompok saja, ‘ألوسط’ (dg sukun pd huruf sin) maknanya didepan memimpin, seperti pd kalimat ‘صليت وسط القوم’ (saya shalat di depan kaum) atau ‘أقعد وسط الدار‘ (saya duduk di depan rumah).
6. Berkata Imam al-Jauhari dlm tafsirnya : Setiap tempat yg terbaik diantara tempat2 yg lain disebut وسط.
Islam juga melarang sikap berlebihan dan ekstrem dlm menafsirkan ayat maupun hadits serta dlm bersikap, dlm firman-NYA :
Wahai ahli Kitab janganlah kalian bersikap ekstrem (ghuluw) dlm agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu kaum sebelum kalian yg telah sesat dan menyesatkan banyak orang. (QS 5:77)
TAFSIR AYAT :
-لا تغلو ... = Artinya jangan melampaui batas, yaitu orang Yahudi yg menyatakan bahwa nabi Isa as adalah anak zina, dan orang Nasrani yg menyatakan bahwa Nabi Isa as adalah anak ALLAH. ‘Ghuluw’ adalah sikap ekstrem dan tdk adil (baik berlebihan ataupun berkurangan).
- لا تتبع أهوا أكم... = ‘Ahwa adalah jamak dari ‘hawa’ dan dinamakan ‘hawa’ karena menggiring (yahwi) pelakunya ke neraka.
- قد ضلوا من قبل... = Berkata Mujahid dan al-Hasan bahwa maksudnya adalah orang2 Yahudi.
- و أضلوا كثيرا... = Yaitu menyesatkan manusia pada umumnya
- و أضلوا عن سوا األسبيل... = Maksudnya mereka telah sesat dari keadilan sebagaimana yg dibawa oleh agama Nabi Muhammad SAW. Diulanginya kata ‘ضلوا’ sampai 3x bermakna penegasan bahwa mereka sdh sesat sblmnya dan juga sesudahnya. Yg maksudnya bhw kesesatan tsb diwariskan oleh para imam dan pemimpin mereka sblmnya yg kemudian diadopsi lbh jauh oleh para pengikutnya.
Dari kedua ayat ini hendaknya para aktifis gerakan Islam merenungkannya sedalam2nya bahwa kerusakan dan penyimpangan ummat dari masa ke masa diakibatkan oleh sikap menjauhi moderasi dan keadilan serta mengambil sikap yg ekstrem baik dlm berlebihan ataupun berkurangan, pelajaran yg tinggi tentang bagaimana kesudahan ummat terdahulu yg berlebihan dlm agama (Nasrani) dan  berlonggar-longgar dlm beragama (Yahudi ) hendaknya menjadi pelajaran berharga untuk tdk diulangi lagi oleh ummat ini.
Dalil2 syariat selalu menyeru ummat Islam, apalagi para da’i dan aktifis Islamnya, kepada sikap adil (عدل), moderat (وسط), seimbang (توازن) dan melarang berlebih2 an yg diistilahkan dg ekstrem (غلو), sok pinter dan sok konsekuen (تناطع), mempersulit dan meperberat (تشدد). Coba lihat dalil2 berikut ini :
1.     Bersabda Nabi SAW : “Hindarkanlah oleh kalian sikap ekstrem dlm beragama, karena sebenarnya orang2 sebelum kalian telah sesat karenanya” (HR Ahmad dlm musnadnya, Nasa’i dan Ibnu Majah dlm sunannya, serta al-Hakim dlm al-Mustadrak dari Ibnu Abbas ra).
2.     Bersabda Nabi SAW : “Binasalah orang2 yg mutanathi’un! Binasalah orang2 yg mutanathi’un! Binasalah orang2 yg mutanathi’un!”  Imam Nawawi dlm syarah Shahih Muslim berkata : Al-Mutanathi’un adalah org yg sok berdalam2 ketika membahas suatu permasalahan, sehingga penafsiran dan pendapatnya melampaui batas (Shahih Muslim dari Ibnu Mas’ud).
3.     Bersabda Nabi SAW : “Janganlah kalain memberat2 kan suatu permasalahan agama, karena suatu kaum telah memperberat diri mereka sendiri sehingga ALLAH pun memperberat atas mereka”  (HR abu Ya’la dlm musnadnya dari Anas bin Malik ra).
4.     Bahkan Nabi SAW sangat marah kepada sahabatnya Mu’adz ra ketika Mu’adz menjadi imam bagi orang banyak dan memanjangkan bacaannya sehingga memberatkan para ma’mum dibelakangnya. Sehingga kata Nabi SAW : “Apakah kamu mau menimbulkan bencana hai Mu’adz?!”  (HR Bukhari).
5.     Nabi SAW pun senantiasa menasihati para sahabatnya saat berangkat untuk menyiarkan Islam dg sabdanya : “Permudahlah oleh kalian semua dan jangan dipersulit, gembirakanlah mereka dan jangan disusahkan, bersepakatlah dg mereka dan jangan berselisih.” (HR Bukhari Muslim).
Maka bagaimanakah jika kita menyaksikan sikap nabi kita SAW yg begitu pengasih, begitu lembut dan begitu pemaaf dlm memilih fatwanya kepada orang lain... Sementara ada orang yg mengaku pembela2 nya kemudian mengesankan sikap yg kasar dan mencari pendapat yg paling keras dlm bersikap dan berfatwa, dan berargumen bahwa ini termasuk wala’ dan bara’??
TANDA-TANDA  EKSTREMITAS  DALAM  BERAGAMA
1.     Ta’ashub (fanatisme buta) pd satu pendapat dan menyalahkan pendapat yg berbeda dengannya walaupun pendapat yg lain itu terdapat dalil yg kuat.
Hal ini misalnya dg menuduh fasik dan durhaka kepada orang yg berbeda pendapat dengannya. Yg sangat mengherankan adalah diantara mereka hanya menerima ijtihad bagi dirinya dan kelompoknya dlm masalah2 yg sangat pelik dan rumit istinbath hukumnya, tetapi menolak ijtihad para ulama spesialis baik perorangan maupun kelompok untuk berijtihad berbeda dg pendpt mereka tsb.
Seolah2 mereka berkata pd anda : “Hakku untuk berbicara dan berpendpt dan kewajibanmu hanyalah mendengarkan dan taat. Pendapatku benar dan tdk pernah salah sementara pendptmu salah dan tdk pernah benar.”
Yg lbh berbahaya lagi jk sikap ini diikuti dg membawa tongkat pemukul, yg bukan terbuat dr besi atau kayu melainkan berupa tuduhan seperti bid’ah , kufur, sesat, dsb. Kita berlindung kepada ALLAH SWT dr yg demikian...
2.     Mewajibkan kepada manusia sesuatu yg tdk diwajibkan ALLAH SWT atas mereka. Tidak ada larangan bagi seseorang untuk mewajibkan untuk dirinya ttg suatu pendapat sepanjang bedasarkan dalil, tetapi syariat tdk dpt menerima jika ia lalu mewajibkannya juga kepada orang lain, karena kemampuan dan keinginan ummat berbeda2, bukankah ALLAH SWT berfirman ttg sifat Nabi SAW : “...menghalalkan segala yg baik bagi mereka mengharamkan segala yg buruk, serta membuang beban2 berat dan melepaskan belenggu yg ada pd diri mereka.”  (QS al-A’raaf:157)
Termasuk dlm hal ini adalah juga mengkafirkan hanya karena mereka berbeda dlm hal2 yg masih diperselisihkan dan memungkinkan terjadinya perbedaan dlm penafsiran dan istinbath hukumnya.
3.     Selalu memperberat saat ada kesempatan untuk memilih.
Seperti memperlakukan negara bukan Islam sebagai negara Islam, atau memperlakukan aturan Islam secara ketat bagi semua kaum muslimin tanpa melihat tingkat keimanan dan pengetahuan mereka ttg Islam. Hendaknya pendekatan fiqh dakwah digunakan saat mensikapi dan menyampaikan dakwah, yaitu memusatkan pd hal2 yg ‘ushul’ (pokok, dasar) dlm agama, dan pendekatan fiqh dakwah ini merupakan ketetapan sunnah Nabi SAW, sebagaimana pesan Nabi SAW saat mengutus Mu’adz untuk berdakwah ke Yaman (HR Bukhari Muslim).
Seperti sikap bersikeras melarang duduk di atas kursi dg alasan hal tsb bukan sunnah Nabi SAW, melarang wanita berbicara dlm diskusi karena takut terkena fitnah, melarang menggunakan celana karena merupakan cara orang Barat, mewajibkan memakai gamis, dsb.
4.     Mudah memvonis dan mengkafirkan.
Padahal ALLAH SWT menyebutkan dlm al-Qur’an : “Serulah manusia kepada jalan RABB-mu dg hikmah dan pelajaran yg baik. Dan bantahlah mereka dg cara yg lebih baik.” (QS an-Nahl:125). Dlm ayat yg lain disebutkan : “Maka karena rahmat ALLAH kepadamu maka kamu bersikap lemah-lembut kepada mereka, dan jika sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar maka mereka akan lari dr sekelilingmu.”  (QS ali-Imran:153).
Bahkan kepada Fir’aun saja untuk dakwah pertamanya ALLAH SWT memerintahkan Musa as untk bersikap lembut : “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun sesungguhnya ia telah durhaka. Bicaralah kamu berdua kepadanya dg lembut, mudah2 an ia menjadi ingat dan takut.”  (QS Thaha:43-44) Barulah setelah Fir’aun menolak dan mengabaikan dakwah, maka Musa as mendoakan kecelakaan untuknya.
5.     Buruk sangka (su’uzhan) kepada para Ulama Islam.
Yaitu memandang mereka selalu dg kacamata hitam, selalu menyembunyikan kebenaran dan kebaikan mereka dan membesar2 kan keburukan dan kesalahan mereka. Mereka menganggap kesalahan kecil dlm masalah ijtihad sekalipun sebagai sebuah dosa besar dan menabuh genderang perang thd pelakunya.
Jika ada sebuah fatwa yg mengandung 2 kemungkinan yaitu kebaikan dan keburukan, maka mereka serta-merta mengambil sisi buruknya, hal ini sangat berbeda dg sikap salafus-shalih yg selalu berkata : “Sungguh aku selalu mencarikan alasan pembenaran bagi pendapat saudaraku sampai 70 kali, setelah itu akupun masih berkata : Mungkin masih ada alasan lain yg blm kuketahui..” Nabi SAW bersabda : “Jika kalian mendengar seorang menyatakan : Manusia lainnya telah celaka, maka org itulah yg paling celakan diantara mereka.” (HR Muslim)
6.     Bahaya pengkafiran.
Akumulasi dr ekstremitas mencapai puncaknya jk seorg sdh bermain dg label pengkafiran. Sikap inilah yg telah membinasakan kaum Khawarij, sekalipun mrk adalah kaum plg hebat dlm pelaksanaan berbagai ibadah dlm sejarah Islam, tetapi mereka celaka karena tlh terjerumus kepd jurang pengkafiran kepd ummat Islam yg lain bahkan pd para ulama ummat seperti khalifah Ali ra.
Kelompok ini karena kerendahan ilmunya tdk mengetahui bgm kemarahan Rasul SAW yg luarbiasa thd anak dr anak angkatnya yg plg disayanginya yaitu Usamah bin Zaid ra, ketika mendengar Usamah membunuh seorg kafir yg tlh mengucapkan syahadah saat terdesak dlm peperangan. Walaupun Usamah ra telah memberikan argumentasi : “Wahai RasuluLLAH ia hanya mengucapkan itu karena takut dg pedang.” Maka jawab Nabi SAW : “Mengapa tdk engkau belah dadanya (jika bisa mengetahui isi hatinya)?” Maka jawab Usamah ra : “Ya RasuluLLAH, mohonkan ampun bagi saya.”  Maka jawab Nabi SAW : “Apakah yg akan engkau perbuat jk nanti di hari Kiamat berhadapan dg La ilaha illaLLAH??”  Selanjutnya kata Usamah ra : “Tdk henti2nya Nabi SAW mengulang2 pertanyaannya itu, sampai aku menginginkan alangkah inginnya jk saat itu aku baru masuk Islam karena takutnya.”
WaliLLAHil hamdu wal minah...
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Uki Kifli | Bacalah | Bacalah
Copyright © 2011. Uki Media Network :: Berkembang Dalam Tantangan
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger